Kamis, 10 November 2011

Umar bin Abdul Azis Khalifah di Balik Reformasi Ekonomi Umat

    Umar bin Abdul Azis muncul di persimpangan  sejarah umat Islam di bawah kepemimpinan dinasti Bani Umaiyah, yang pada saat itu dikenal dengan gaya hidup yang mewah, boros dan korupsi.
    Khalifah sebelumnya, Abdul Malik bin Marwan telah mangkat. Kebingungan menyelimuti benak Umar bin Abdul Azis. Ia tidak cukup keberanian diangkat jadi khalifah. Bukan saja karena persoalan internal kerajaan yang kompleks, tapi juga karena ia sendiri bagian dari persoalan dinasti tersebut.
    Ketika Umar di lantik menjadi khalifah , ia berkata pada ulama Al-Zuhri yang duduk disampingnya,"Aku benar-benar takut pada neraka". Umar sadar ia tidak mungkin melakukan perbaikan dalam tataran negara kecuali ia berani memulai dari diri sendiri dan keluarga. Dengan tekat besar itulah Umar memulai reformasi besar yang abadi dalam sejarah.
    Begitu selesai dilantik, Umar memerintahkan mengembalikan seluruh harta pribadinya, baik berupa uang maupun barang, ke kas negara. Tak terkecuali pakaiannya yang mewah. Ia juga menolak tinggal di istana, dan tetap menempati rumahnya. Sejak berkuasa ia tidak pernah lagi tidur siang, mencicipi makanan enak. Akibatnya, badannya yang semula kekar berisi menjadi kurus.
    Selesai dengan dirinya, berikutnya keluarga. Ia berikan dua pilihan pada sang istri,"Kembalikan seluruh perhiasan dan harta pribadimu kepada kas negara atau kita bercerai.". Fatimah binti Abdul Malik, sang istri memilih mematuhi suaminya.
    Langkah itu juga berlaku untuk anak-anaknya. Suatu saat putra putrinya protes. Sejak Umar menjadi khalifah mereka tidak pernah lagi menikmati makanan-makanan enak dan lezat seperti sebelumnya. Umar justru menangis sampai tersedu-sedu, lalu memberikan dua pilihan kepada anak-anak, "Saya beri kalian makanan enak dan lezat tapi kalian harus rela menjebloskan ayahmu ini ke neraka, atau kalian bersabar dengan makanan sederhana ini dan kita akan masuk surga bersama."
    Selanjutnya, Umar melangkah ke istana dan pejabat-pejabatnya yang menjadi bawahannya. Ia perintahkan untuk menjual semua aset-aset mewah di istana, dan mengembalikan ke kas negara. Lalu ia mencabut semua fasilitas mewah yang selama ini diberikan kepada pejabat negara dan keluarga, satu-persatu. Tak ayal, keluarga istana pun melakukan protes keras.
    Suatu saat mereka mengirim bibinya untuk menghadap Umar. Dengan harapan Umar bisa terenyuh mendengar rengekan seorang perempuan. Umar lantas meminta bibinya mengambilkan sebuah logam dan sekerat daging. Lalu dibakarnya logam tersebut, dan daging diletakkan di atasnya. Lalu Umar berkata pada sang bibi,"Apakah bibi rela menyaksikan saya dibakar di neraka seperti daging ini hanya untuk memuaskan keserakahan kalian? Saya tidak akan mundur dari jalan reformasi ini."
    Langkah ketiga dan keempat yaitu penghematan total dalam pengeluaran belanja negara dan redistribusi kekayaan negara secara adil . Dengan melakukan restrukturisasi organisasi negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan sistem administrasi.
    Dua tahun lima bulan, reformasi ini menunjukkan hasil yang gemilang. Indikator kemakmuran mulai nampak, di antaranya ketika para amil zakat berkeliling di perkampungan-perkampungan Afrika. Mereka tidak menemukan seorangpun yang mau menerima zakat karena tidak ada satu pun golongan mustahik. Negara benar-benar mengalami surplus, bahkan ketingkat dimana biaya pendidikan anak, pernikahan warga, sampai-sampai utang-utang pribadi rakyatnya pun ditanggung oleh negara. Reformasi total telah telah dilaksanakan, keadilan dan kemakmuran telah diraih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar